Dear ayo,
Bagaimana kabarmu?
Minggu lalu pasti campur aduk pikiran dan perasaanmu. Sama. Pikiran dan perasaan saya demikian pula adanya. Banyak dari kita yang mendapati pikiran dan perasaan yang campur aduk karena ketidakpastian. Ilustrasi (Pexels)
Ketidakpastian kerap menimbulkan kecemasan, kepanikan bahkan ketakutan. Penyebab ketidakpastian itu adalah sebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia dan juga seluruh dunia. Anjuran untuk tetap tenang dan tidak panik sulit diterapkan. Manusiawi sekali.
Di Indonesia, jumlah kasus positif virus corona terus bertambah sejak diumumkan pertama kali oleh Presiden Joko Widodo, 2 Maret 2020. Hingga Minggu (15/3/2020), didapati 117 kasus, 8 di antaranya dinyatakan sembuh dan 5 pasien meninggal dunia.
Meningkat tajamnya kasus dan untuk mencegah potensi penyebarannya, Presiden Jokowi menyerukan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah. Seruan untuk kerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah disampaikan. Seperti kita ketahui, di antara 117 kasus di Indonesia, satu di antara kasus positif itu adalah Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Pengumuman kasus ini kita dengar dan membuat Sabtu malam kita ditutup dengan kabar yang tidak menyenangkan. Menhub Budi Karya sumadi melakukan pengecekan kesiapan di Bandara Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, Minggu (1/3/2020). Menhub memastikan segala kesiapan terkait pemulangan kru kapal pesiar Diamond Princess yang akan diobservasi di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, Jakarta.(ANTARA FOTO/DEDHEZ ANGGARA) Kita berharap semua pasien tertangani dengan baik sehingga kesembuhannya dimungkinkan.
Kenapa kita berharap?
Karena kenyataannya, penanganannya tidak selalu sesuai harapan. Keterbatasan alat, jumlah petugas yang tidak memadai dan minimnya informasi menjadi sebabnya.
Karena itu, anjuran untuk mengurangi aktivitas di luar rumah dan kegiatan dengan banyak orang jadi upaya pencegahan yang ampuh.
Sejumlah hal pasti terdampak seperti ekonomi dan sebagainya. Namun, ini pilihan yang tidak ada alternatifnya sejauh ini.
Untuk upaya ini, DKI Jakarta sudah memberlakukan. Begitu juga Solo yang menetapkan daerahnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kita berharap, karena risiko dan potensi penularan virus corona ini, warga patuh.
Saya pun menulis surat ini dari rumah, di ruangan yang sebelumnya jadi tempat mengerjakan hal-hal di luar pekerjaan.
Ada suara anak-anak yang bergantian mengajak bermain karena mereka juga diminta tetap tinggal di rumah dan belajar di rumah.
Ini tentu saja asyik sekaligus menantang bagi orang tua. Kamu atau temanmu pasti mengalami juga.
Banyak perusahaan di Jakarta, juga tempat saya bekerja memutuskan bekerja dari rumah demi keselamatan mulai 16-29 Maret 2020.
Hal ini seusuai anjuran Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kita berharap, hal-hal teknis bisa diturunkan secara koordinatif untuk dipatuhi. Presiden Joko Widodo tiba untuk menyampaikan keterangan pers terkait penangangan COVID-19 di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/3/2020). Presiden meminta agar masyarakat Indonesia bekerja, belajar dan beribadah di rumah serta tetap tenang, tidak panik, tetap produktif agar penyebaran COVID-19 ini bisa dihambat dan diberhentikan. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras.(ANTARAFOTO/SIGID KURNIAWAN) Karena perubahan ini, banyak hal tidak ideal pasti ditemukan dan pastinya merepotkan. Ini namanya antispasi di tengah kondisi darurat. Kedaruratan ini lebih baik dibanding kita menyesal karena sembrono.
Pentingnya ansitipasi dengan isolasi diri dan karantina atau dalam bahasa lebih umum bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah bisa disimak di link ini.
Kita semua berharap pemerintah pusat dan daerah bahu membahu bersama-sama mengatasi kondisi darurat ini demi menyelamatkan jiwa-jiwa dari virus corona.
Seluruh dunia juga tengah berupaya baik untuk hal ini agar campur aduknya perasaan yang menghadirkan panik pergi.
Salam antisipasi.
|
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.