Surat dari Editor Kompas.com

Surat dari Editor


Dear Ayo,
Bagaimana keseruanmu sepekan kemarin? Apakah ada yang kebagian coklelat? Atau malah membagi cokelat?

Cokelat memang identik dengan Valentine's Day selain bunga dan kartu ucapan tentunya.

Bersyukur, 14 Februari 2020 tidak riuh pedebatan soal perayaan satu hari yang banyak orang tidak terlalu peduli juga sebenarnya.

Saya sendiri mengingat dan menanti-nanti hari kasih sayang itu ketika masih remaja. Setelah menikah dan berkeluarga, ingatan itu muncul lagi setelah anak pertama saya tumbuh menjadi remaja.

Siklus itu mungkin akan berulang buat saya ketika cucu saya beranjak remaja hahaha. Btw, selamat hari kasih sayang, ya. Meskipun tidak mengingat dan menanti-nanti, kasih sayang saya tidak berkurang.

Sepekan kemarin, banyak kejadian menarik. Namun, untuk mengetahui yang menarik sekaligus yang penting, saya bagikan empat pokok saja dengan sejumlah tautan agar kamu bisa menelusuri beritanya lebih jauh.

Pertama, Whatsapp Disadap

Bersamaan dengan popularitas aplikasi percakapan WhatsApp, muncul kekhawatiran soal keamanan dari penyadapan. Kamu sebagai satu dari dua miliar pengguna aplikasi ini pasti khawatir.

Ada beberapa ciri apabila WhatsApp kita disadap. Untuk itu, perlu kehati-hatian. Lewat infografik ini, kamu bisa mencegah agar penyadapan atas aplikasi percakapanmu tidak terjadi.

Bisa kacau balau jika semua isi percakapan yang umumnya bersifat pribadi diketahui orang dan penyebarannya tidak dalam kendalimu.

Two step verification adalah cara paling minimal yang bisa kamu lakukan untuk mencegah keburukan ini terjadi. Langkah ini perlu kamu lakukan juga untuk akun-akun media sosialmu seperti Instagram.
ilustrasi WhatsApp(reuters.com)

Kedua, Kinerja Buruk Menteri

Untuk urusan pemerintahan, di mana Presiden Jokowi masuk di periode pembuktian dan pencarian legacy, kinerja para pembantunya sedang disorot. Momentum 100 hari kerja pemerintah periode kedua menjadi alasan sorotan ini.

Beberapa menteri mendapat apresasi karena kerja dan gebrakan "korek api" di awal masa kerjanya. Salah satunya adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Kamu pasti ingat, menteri ini yang turut mempopulerkan dan membuat Brompton langka sehingga harganya melambung. Buat kamu yang tidak tahu apa itu Brompton, coba cek tautan ini biar asyik nimbrung kalau teman-temanmu membicarakannya.

Selain yang citranya ditangkap positif, ada beberapa kementerian yang citranya ditangkap buruk oleh publik yang disurvei. Keduanya adalah Kementerian Agama dan Kementerian Hukum dan HAM.

Seperti biasanya, setiap penilaian yang didasarkan pada survei seperti ini diikuti dengan wacana perombakan kabinet.

Agak mengejutkan, sebelum ada survei-survei seperti ini, publik sudah memperkirakan perombakan kabinet ketika kabinet diumumkan. Ada ketidakpuasan dan ketidakpercayaan di awal pembentukan kabinet.

Terkait dengan kinerja kementerian, pekan lalu, publik terkejut dengan pernyataan Menteri Kesehatan. Terawan Agus Putranto enteng saja menanggapi keluhan warga soal melambungnya harga masker setelah virus corona menghadirkan kecemasan di mana-mana.

"Salahmu sendiri kok beli, ya," begitu kata Terawan. Begitu ucapannya. Baru setelah publik mempersoalkan pernyataan ini, dijelaskan bahwa mereka yang sehat tidak perlu memakai masker.
Terawan Agus Putranto memberikan keterangan kepada wartawan menjelang kedatangan WNI dari natuna di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Saya memahami sih upaya Menteri Kesehatan untuk tetap tenang dan rileks di tengah kekhawatiran dunia atas virus corona dengan tangapan-tanggapan entengnya. Namun, pernyataan yang simpatik perlu tetap dijaga.

Ketiga, Limbah Radioaktif di Tangerang Selatan.

Tangerang Selatan, yang kerap disebut-sebut mimiliki kawasan dengan penataan yang baik dihebohkan dengan temuan limbah radioaktif. Limbah radioaktif itu ditemukan di Perumahan Batan Indah, Pademangan, Setu, Tangerang Selatan.

Dugaan sementara jenis limbah radioakif yang ditemukan dan diteliti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) adalah cesium 137.

Dari hasil penelitian sementara, asal radiasi muncul dari limbah atau sampah radioaktif dari teknologi nuklir yang telah digunakan. Besaran limbah radioaktif jenis Cesium-137 adalah sebesar kelingking, tetapi dampak cemarnya mencapai radius 10 meter.
Terawan Agus Putranto memberikan keterangan kepada wartawan menjelang kedatangan WNI dari natuna di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Buat kamu atau teman-teman kamu yang mungkin tinggal di dekat kawasan itu, tolong diingatkan agar lebih berhati-hati. Salah satu efek paling berbahaya zat radioaktif adalah kanker.

Sambil tetap waspada, kita tunggu bagaimana pengungkapan kasus pencemaran limbah radioaktif ini dilakukan.

Keempat, Kursi Melayang di PAN

Partai politik memang identik dengan kursi. Tiap kesempatan, kursi sebagai simbol kekuasaan diperebutkan untuk diduduki. Namun, pekan lalu, kursi-kursi diperebutkan untuk dilempar-lempar.

"Lomba" lempar kursi ini terjadi di Kongres kelima Partai Amanat Nasional (PAN) di Kendari, Sulawesi Tenggara. Mereka yang saling lempar kursi adalah para pendukung kedua calon Ketua Umum PAN yaitu Zulkifli Hasan dan Mulfachri Harahap.
Mulfachri Harahap memeluk Zulkifli Hasan di Kongres V PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020).(KOMPAS.com/Haryantipuspasari)
Kamu mungkin dapat sebaran foto-foto dan video soal aksi lempar kursi kuning di ruangan bernuansa unggu dengan lagu partai yang menggema. Meskipun kita adalah makhluk visual dan peniru, tolong jangan meniru keburukan itu.

Di akhir kongres, Zulkifli Hasan terpilih kembali sebagai Ketua Umum PAN.

O, ya, perjalanan sejak dua pekan lalu untuk melepas ban dari leher buaya di Palu menemui babak baru. Keberadaan dan pola hidup buaya berkalung ban ini sudah terdeteksi.

Pekan lalu, Matt Wright, pencinta reptil asal Australia dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSD) Sulawesi Tengah sudah mendapati buaya ini dan berhadap-hadapan dari jarak yang dekat.
Petugas memasang jaring untuk mempersempit ruang gerak buaya liar yang terjerat ban sepeda motor saat berlangsungnya proses penyelamatan di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (7/2/2020). (ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH)
Namun, keriuhan warga yang menonton dengan berteriak dan menyorotkan senter membuat penyelamatan ini belum berhasil. Buaya yang muncul ke permukaan dan sudah hendak ditangkap, menghilang ke dalam sungai.

Upaya penyelamatan akan terus diupayakan meskipun belum juga berhasil sejak buaya berkalung ban ini dijumpai tahun 2016.

Tuhan bersama mereka yang gigih berupaya menyelamatkan kehidupan.


Salam gigih,

Wisnu Nugroho
Ada temanmu yang ingin berlangganan email ini?
Daftar di sini
Ikuti kami melalui media sosial
Facebook
Twitter
Website
Instagram


Copyright ©
2020 PT. Kompas Cyber Media.
All rights reserved.

Gedung Kompas Gramedia, Unit II Lt. 5
Jl. Palmerah Selatan No. 22 - 28
Jakarta 10270
Indonesia

Want to change how you receive these emails?
You can unsubscribe from this list.