Hai, bagaimana kabarmu seminggu lalu? Semoga tetap sehat meskipun aktivitas di luar rumah mulai dilakukan di tengah masih tingginya ancaman penularan Covid-19.
Upaya kita untuk berdamai dengan Covid-19 disambut, dengan antusiasme tinggi. Warga kembali menjalankan aktivitas ekonomi dengan kesadaran masih tingginya ancaman untuk kesehatan.
Keduanya diupayakan berjalan beriringan, tidak dipertentangkan, meskipun aktivitas ekonomi dan aktivitas lain terlihat sangat agresif dilakukan. Untuk kesehatan, kita melihat tidak justru telihat kendor diterapkan.
Ini terlihat dari hal-hal kasat mata. Seminggu terakhir, kemacetan di jalan-jalan Jakarta sudah menjadi hal biasa lagi setelah 100 hari sejak kasus pertama Covid-19 ditemukan di Indonesia, 2 Maret 2020.
Pasar-pasar tradisional sudah buka semuanya. Imbauan ganjil-genap untuk pedagang berdasarkan nomor kios tidak dilaksanakan. Pasar Induk Kramat Jati dan mungkin pasar tradisional lain bisa menjadi saksi akan agresivitas aktivitas ekonomi ini. Suasana aktivitas jual beli di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (14/06).(ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jangankan pedoman jaga jarak aman dipatuhi, para pedagang banyak yang abai memakai masker. Untuk yang memakai masker, sejumlah besar memakainya tidak tepat karena hanya dikalungkan di leher dan dipakai ketika ada petugas patroli.
Para pedagang di Pasar Induk Kramat Jati punya cara tersendiri untuk memberi tahu pedagang lain ketika ada patroli dan tidak kena sanksi. Teriakan-teriakan khusus seperti "awas-awas", "patroli-patroli", "masker-masker" menjadi kode saat patroli terjadi.
Mendengar kode-kode itu, mereka yang tidak memakai masker menjauh agar tidak terlihat. Mereka yang meletakkan masker di leher lalu memasangnya di depan mulut dan hidung. Setelah patroli lewat, protokol kesehatan umumnya diabaikan.
Petugas patroli bukan tidak tahu hal ini karena setiap saat dan setiap hari mendapati. Namun, penegakan disiplin tidak terlihat dilakukan. Pintu masuk memang dijaga petugas dengan alat deteksi suhu tubuh. Tetapi, hampir semua orang yang melintasi pintu masuk itu tidak dicek suhu tubuhnya.
Petugas dan para pedagang mungkin sudah tahu sama tahu atau sudah lelah. Di sinilah pintu masuk ancaman bagi kesehatan masyarakat terbuka lebar.
Hal berbeda terlihat di sisi pembeli. Mereka tertib dengan protokol kesehatan seperti menggunakan masker secara benar dan berusaha menjaga jarak aman meskipun kerap sulit dilakukan di dalam pasar.
Namun, upaya kita berdamai dengan Covid-19, menjalankan aktivitas ekonomi dengan protokol kesehatan yang ketat bukan upaya satu pihak saja, tetapi semua pihak.
Atas rendahnya kesadaran, lemahnya disiplin, dan lengahnya petugas, semoga kita tetap dilindungi dari bahaya yang besar.
Di tengah pelonggaran aktivitas ekonomi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan fase baru dan berbahaya pandemi seiring laju infeksi di sejumlah negara yang tergolong masih tinggi.
Sebanyak 81 negara telah melihat pertumbuhan dalam kasus baru selama dua minggu terakhir dan hanya 36 negara yang mengalami penurunan. Indonesia masuk dalam kategori 81 negara tersebut.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dunia kini dalam fase yang baru dan berbahaya. Banyak orang yang sudah bosan berada di rumah, tapi virus korona masih menyebar dengan cepat. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 sebagai pandemi global EPA-EFE/SALVATORE DI NOLFI(SALVATORE DI NOLFI)
Ini persis realitas yang kita hadapi juga di Indonesia. Kebosanan orang di rumah tercermin saat aktivitas di sejumlah tempat dilonggarkan. Car Free Day di Jakarta, Minggu, 21 Juni 2020 adalah gambaran nyata soal ini. Warga berolahraga saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Sudirman Jakarta, Minggu (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB atau car free day dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang Jalan Jendral Sudirman dan MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret 2020 lalu karena pemberlakuan PSBB untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.(ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA)
Jakarta mungkin sudah agak terkendali setelah pembatasan sosial berskala besar ( PSBB) transisi diterapkan lebih dari dua minggu sejak 5 Juni 2020. Angka kasus positif Covid-19 relatif stabil meskipun aktivitas ekonomi sudah sangat dilonggarkan.
Namun, provinsi lain seperti Jawa Timur memunculkan kekhawatiran kita semua. Dalam beberapa minggu terakhir, Jawa Timur menunjukkan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19. Rekor-rekor baru didapati setelah 360 kasus baru dalam sehari pada 8 Juni 2020, didapati 398 kasus baru pada 18 Juni 2020 dan 406 kasus baru pada 20 Juni 2020.
Belum ada penjelasan koprehensif dan memuaskan soal rekor-rekor baru di Jawa Timur ini. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut, makin masifnya tes meningkatkan temuan jumlah kasus positif. Berpegang pada data Mei dan Juni, positivity rate nasional cenderung stabil di angka 13-14 persen. Presiden Jokowi mendengarkan penjelasan dari Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, saat mengikuti video conference yang diikuti oleh para gubernur, menteri, dan gugus tugas daerah, di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Rabu (10/6/2020). Ini adalah untuk kali pertama Jokowi mengunjungi kantor Gugus Tugas, sebelumnya rapat dengan jajaran Gugus Tugas biasa dilakukan lewat video conference dari Istana Kepresidenan.(SETPRES/AGUS SUPARTO)
Positivity rate ini diturunkan jika protokol kesehatan dipatuhi dengan disiplin saat pelonggaran aktivitas ekonomi diberlakukan. Faktanya, di sejumlah tempat, disiplin itu tidak dilakukan semua dan tidak ditegakkan petugas.
Belum ada update lagi soal positivity rate itu. Melihat fakta di lapangan, ada potensi peningkatan di bulan Juni ini. Jadi penambahan jumlah kasus positif tidak hanya disebabkan makin masifnya tes tetapi juga karena peningkatan positivity rate.
Dalam situasi seperti ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim memutuskan untuk tetap memberlakukan pembelajaran secara daring di semua tingkatan dan semua zona sampai ada kebijakan lebih lanjut.
Sebagai orang tua dan juga dosen, keputusan ini melegakan karena memberi kepastian. Tugas berikutnya adalah membuat anak-anak di rumah nyaman belajar secara daring dalam pendampingan penuh orang tua. Sebagai dosen, tugas besar adalah bisa mengajar lebih efektif dan tidak menjemukan via daring.
Semua siasat dan respons baik perlu dilakukan untuk upaya berdamai dengan Covid-19 secara sadar dan terukur agar hasilnya juga baik.
Di tengah pelonggaran sejumlah aktivitas ekonomi dan aktivitas lainnya, disiplin atas protokol kesehatan harusnya makin diperketat, bukan ikut-ikutan dibuat dan dibiarkan longgar juga. Hanya ini syarat kita mencapai kemenangan melawan Covid-19 dalam suasana damai tersebut.
Hal yang kerap terjadi, kita lengah dalam suasana damai. Kelengahan itu kita dapati di banyak tempat tanpa penegakan disiplin oleh aparat yang mendapati.
Atas kelengahan ini, semoga kita diampuni dan dilindungi. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.