Hai, apa kabarmu sepekan lalu? Semoga kabar baik dalam rupa sehat pikiran, jiwa, dan raga selalu menyertaimu.
Dalam situasi penyebaran Covid-19 makin meluas yang tercermin dari terus meningkatnya jumlah kasus positif, mendapati kesehatan kita terawat adalah kondisi yang patut kita syukuri.
Untuk banyak orang, mungkin juga kamu, ini adalah jawaban atas doa-doa. Doa dipanjatkan karena kita sadar, banyak hal terjadi di luar kendali kita, di luar upaya kita semata-mata. Umat Hindu beribadah saat merayakan hari raya Galungan di Pura Amerta Jati, Jakarta Selatan, Rabu (16/9/2020). Persembayangan Hari Raya Galungan dilakukan di tengah pandemi COVID-19 dengan menerapkan protokol kesehatan menggunakan masker dan menjaga jarak.(ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)
Tentu, kita juga berdoa untuk saudara-saudara kita yang saat ini tengah dalam perawatan untuk sembuh dari virus ini. Lingkaran yang terkonfirmasi posifif Covid-19 makin dekat.
Ada pejabat publik yang populer karena sering tampil di media, ada teman kantor yang biasa bekerja bersama kita, ada tetangga, atau bahkan keluarga dekat kita sendiri.
Jumlah pasien aktif, atau mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan masih dirawat karena belum sembuh per 20 September 2020 adalah 57.796 pasien.
Jumlah akumulasi kasus Covid-19 di Indonesia sendiri sejak kasus pertama diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020 hingga Kamis ini, yakni berjumlah 244.676.
Angka itu tercatat setelah ada penambahan kasus positif sebanyak 3.989 dalam 24 jam terakhir pada 20 September 2020.
Kita doakan juga semua tenaga kesehatan sebagai benteng terakhir pertahanan kita melawan Covid-19.
Selain berdoa, kita bisa berkontribusi dengan memperkuat benteng terdepan pertahanan kita dari virus ini dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir terlihat sepele, tetapi ini pertahanan paling kuat agar tidak terpapar virus ini.
Kontribusi kita akan membantu para tenaga kesehatan di benteng terkahir pertahanan kita melawan Covid-19.
Batin Menjerit dan Terguncang Syafii Maarif(KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)
Untuk tenaga kesehatan yang telah berguguran karena berjuang di benteng terakhir ini, mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mengirimkan pesan khusus kepada Presiden Joko Widodo.
Dalam pesan tersebut, Syafii mengaku menjerit dan terguncang batinnya mendapati berita kematian para dokter.
Saat pesan Syafii dikirim ke Presiden, Minggu, 13 September 2020, 115 dokter gugur. Catatan kematian tertinggi di Asia. Di Indonesia, rasio dokter dengan warga adalah yang terendah di Asia Tenggara. Dari 10.000 warga, rata-rata hanya dilayani empat dokter.
Jeritan Syafii tentu saja mewakili jeritan keluarga dokter, tenaga kesehatan, pasien dan warga kebanyakan yang kehilangan potensi ditolong tenaga kesehatan saat ancaman penyebaran Covid-19 terus meluas.
Syafii tidak melihat upaya maksimal Kementerian Kesehatan untuk menolong nyawa para dokter secara maskimal.
Kepada Presiden, Syafii minta agar Presiden memerintahkan Menteri Kesehatan dan jajarannya bekerja maksimal. Tanpa langkah ini, bangsa bisa oleng kerana dokter mati setiap hari saat melakukan tugas kemanusiaan.
Atas jeritan yang disuarakan Syafii ini, Presiden Jokowi merespons. Orang kepercayaan dan andalan Presiden Jokowi di segala situasi selama ini lantas diberi perintah.
Namanya Luhut Binsar Panjaitan. Perannya di Pemerintahan Jokowi dua periode ini tak terkira luasnya meskipun jabatan resminya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Luhut Binsar Panjaitan(KOMPAS.com/DANU KUSWORO)
Waktu Luhut untuk melaksanakan kepercayaan dan perintah ini dua pekan terhitung 15 September 2020. Dalam waktu dua pekan, kepercayaan itu akan diuji pada 30 September 2020.
Karena tugas-tugas luar biasa yang dipercayakan ini, jangan heran kalau Luhut akan makin sering kamu jumpai atau dengar beritanya terkait penanganan Covid-19.
Luhut memang tidak sendiri. Luhut ditunjuk bersama Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo, juniornya jauh di Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Presiden minta dua jenderal ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan yang dijabat Letnan Jenderal Terawan Agus Putranto untuk penanganan kasus Covid-19 di sembilan provinsi.
Sembilan provinsi yang dimaksud adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Papua, dan Bali.
Sembilan provinsi tersebut menjadi sorotan Presiden Jokowi karena menyumbang 75 persen dari kasus Covid-19 di tanah air.
Apa yang dilakukan Luhut?
Apa yang akan dilaukan Luhut sebagai orang kepercayaan Presiden Jokowi? Luhut menyebut, tidak ada hal istimewa yang akan dilakukan. Luhut juga menerima kritik bahwa dia bukan epidemiolog.
Tetapi, Luhut mengemukakan, untuk tugas yang dipercayakan kepadanya ini, ia dibantu banyak orang pintar, di antaranya adalah epidemiolog muda.
Peran yang diambil untuk menjalankan perintah yang dipercayakan Presiden Jokowi selama dua pekan untuk menghadapi masa kritis tiga bulan ke depan adalah menjadi manajer. Luhut mengklaim, dirinya adalah manajer yang baik.
Menurut Luhut yang bisa tanpa beban menerobos semua batasan, lima target dua pekan ke depan di sembilan provinsi sudah dirumuskan.
Pertama, percepatan perubahan perilaku terkait pelaksanaan protokol kesehatan. Kedua, penurunan penambahan kasus harian.
Ketiga, peningkatan tingkat kesembuhan atau recovery rate. Keempat, penurunan tingkat kematian atau mortality rate. Kelima, penurunan angka kematian atau mortality cases.
Target yang tidak mudah. Kurang dari sepekan berjalan, penambahan kasus harian terus terjadi dengan tercatatnya rekor-rekor baru. Epidemiolog juga menyebut, meskipun rekor-rekor baru tercatat, Indonesia belum masuk fase puncak.
Kalau kamu terlewat mengikuti berita, 19 September 2020 pekan lalu, penambahan pasien positif Covid-19 menembus rekor baru yaitu sebanyak 4.168 orang dalam 24 jam terakhir.
Rekor penambahan pasien harian tertinggi sebelumnya sejak 2 Maret 2020 terjadi pada 16 September 2020 yaitu sebanyak 3.963 orang dalam 24 jam terakhir. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kanan) berbincang dengan anggota Komisi IX DPR sebelum mengikuti Rapat Dengar Pandapat di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8/2020). RDP tersebut membahas efektivitas pengorganisasian dan penganggaran dalam penanganan COVID-19, termasuk perkembangan tentang uji vaksin untuk COVID-19. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/nz(ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI)
Mengantisipasi masa kritis hingga Desember 2020, Luhut dan tim Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 akan berupaya menjaga angka kasus Covid-19 tidak melonjak signifikan selama tiga bulan ke depan.
Upaya bersama menjaga angka itu kata Luhut akan berbarengan dengan ketersediaan vaksin pada Desember 2020 atau Januari 2021.
Meskipun semua seperti terencana, apa yang dikatakan Luhut perlu kita pahami sebagai harapan bukan semata-mata keyakinan akan terlaksananya rencana. Karena itu, bersiap untuk yang terburuk perlu dilakukan sambil terus berharap yang terbaik di depan.
Tiga bulan ke depan atau sampai vaksin ditemukan dan dipastikan ketersediaanya, kita akan ada dalam masa yang kritis.
Apakah kita akan sanggup melewatinya? Ilustrasi pasien infeksi virus corona, pasien Covid-19.(Shutterstock/Pordee Aomboon)
Pengalaman kita enam bulan dalam situasi penuh ketidakpastian ini setidaknya bisa menjadi bekal kepercayaan diri meskipun bukan jaminan sepenuhnya.
Dibandingkan awal-awal pandemi, pemerintah saat ini jauh lebih paham bagaimana mengatasi situasi. Panik seperti di awal-awal pandemi tidak terlihat mesikpun jumlah pasien terus bertambah.
Luhut menyatakan, tiga strategi menekan penyebaran Covid-19 dilakukan. Pertama, operasi penegakan disiplin protokol kesehatan.
Kedua, peningkatan manajemen perawatan pasien Covid-19 untuk menurunkan mortality rate dan meningkatkan recovery rate. Ketiga, penanganan secara spesifik klaster-klaster Covid-19 di setiap provinsi.
Pekan depan, hasil kerja-kerja orang kepercayaan dan andalan Presiden Jokowi di segala situasi ini akan dipetakan. Tanggal 30 September 2020 akan tepat dua pekan kepercayaan dan operasi dijalankan.
Apa kontribusi minimal yang bisa kamu lakukan?
Tidak banyak, tetapi efektif di benteng paling depan perlindungan dari Covid-19 yaitu patuh dan disiplin pada protokol kesehatan.
Disiplin kita menentukan. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.