HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan raga, pikiran, dan juga jiwa yang turut kamu upayakan juga.
Tidak mudah untuk tetap sehat baik raga, pikiran, dan jiwa pada saat bersamaan. Apalagi, pada situasi penuh tekanan karena pandemi nyaris dua tahun ini.
Hari kesehatan mental sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober sejak 1992 tampaknya hendak mengingatkan hal ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pemerintah seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental di semua tingkatan karena melonjaknya kasus kesehatan mental.
WHO mengedepankan kampanye "Perawatan Kesehatan Mental untuk Semua: Mari Kita Wujudkan" sebagai tema hari kesehatan mental tahun ini.
Isu kesehatan mental makin mengemuka lantaran data yang menunjukkan dekatnya gangguan kesehatan mental dengan kehidupan kita sehari-hari. Peraih Nobel Perdamaian 2021 Maria Ressa (Filipina) dan Dmitry Muratov (Rusia).()
Di Australia, didapati bahwa 1 dari 5 warganya mengalami gangguan kesehatan mental pada satu kurun waktu tertentu.
Data yang sama menyebutkan, 1 dari 2 atau separuh populasi Australia pernah mengalami gangguan mental dalam hidupnya.
Menurut riset kesehatan nasional Indonesia (2013) dengan populasi penduduk 250 juta, sekitar 3,7% (9 juta) penduduk Indonesia menderita depresi.
Sekitar 6% (14 juta) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan mood (suasana hati) seperti depresi dan kecemasan.
Nyaris dua orang per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan psikologis kronis. Hari Kesehatan Jiwa Sedunia memiliki tujuan umum untuk mengadvokasi tentang kesehatan mental dan mendidik masyarakat tentang isu-isu yang terkait.(PEXELS/MIN AN) Ini data lama, delapan tahun lalu. Survei terbaru belum dilakukan atau belum dipublikasikan.
Melihat tantangan dunia yang makin kompleks ditambah situasi pandemi, isu kesehatan mental di dunia juga di Indonesia tampaknya makin serius.
Karena itu, memastikan kesehatan raga, pikiran, dan juga jiwa atau mental kita adalah bagian dari upaya bersama mewujudkan kesehatan masyarakat.
Tekanan dan kecemasan lebih dari satu tahun karena pandemi yang mengganggu kesehatan mental kita mulai longgar. Semoga ini berkontribusi baik untuk kesehatan mental kita semua.
Jalan-jalan sudah ramai dan bahkan macet. Pusat-pusat belanja dan wisata mulai dipadati pengunjung. Sekolahan, perkantoran, dan rumah peribadatan mulai difungsikan.
Pembatasan, larangan, dan sejumlah aturan yang menekan mulai dilonggarkan karena kemampuan kita bersama mengendalikan penyebaran virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Dengarkan percakapan Wisnu Nugroho dengan tokoh-tokoh yang menggulati hidup dengan gigih dan pengalaman berkesadaran yang menggugah hati
Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.