Surat dari Editor Kompas.com

Keterusterangan Luhut Soal "Rencana Denmark" di Indonesia
Foto
Youtube
Twitter
Instagram

Dear ayo,

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena kondisi kesehatan yang kita terima sebagai anugerah di samping semua upaya baik yang telah kita lakukan untuk menjaganya.

Mendapati kondisi kesehatan memang tidak semata-mata upaya kita sendiri. Banyak contohnya akhir-akhir ini di tengah merebaknya penularan Covid-19.

Seperti kita ketahui bersama, jumlah kasus positif yang dilaporkan per hari sudah melampaui puncak gelombang kedua saat varian delta merebak, 15 Juli 2021.

Saat itu, kasus harian yang tercatat mencapai 56.757 kasus. Tujuh bulan kemudian, pada 15 Februari 2022, kasus harian tercatat 57.049.

Dengan merebaknya kasus yang didominasi varian omicron, makin sering kita mendengar teman, saudara, atau keluarga dekat positif. 

Kerap kita mendengar mereka heran kenapa bisa terpapar lalu terkonfirmasi positif.

Setelah menilik kembali gaya hidup mereka terkait prokes, dengan mudah kita bisa menunjukkan celahnya sekaligus bisa menjadikannya pembelajaran untuk diri sendiri.

Terdengar membosankan, tetapi disiplin prokes adalah pertahanan terakhir yang ada dalam kendali kita di tengah banyak hal yang tidak bisa kita kontrol untuk menjaga kesehatan.

Disipin prokes itu adalah memakai masker secara benar, mencuci tangah dengan sabun dan air mengalir, dan menjaga jarak, dan menghindari keramaian atau kerumun.

Ilustrasi bepergian menggunakan masker.(DOK. FREEPIK)

Mayoritas teman, saudara, atau anggota keluarga yang terkonfirmasi positif padahal sudah vaksin lengkap ditambah booster, kendor soal disiplin prokes ini.

Jujur hal ini kerap saya nyatakan agar diakui dan mempercepat penyembuhan.

Perasaan sudah "kebal" dengan vaksin lengkap ditambah booster kerap melenakan. Saat terlena, celah itu terbuka dan virus bisa masuk leluasa.

Meskipun jumlah kasus positif yang dicatat sudah melebihi kasus saat puncak delta, kepanikan kita karenanya jauh sekali berbeda. Ini kabar baik tentunya.

Kali ini, kita merasa seperti tidak sedang dalam ancaman yang tinggi. Perasaan ini merupakan refleksi dari realitas yang memang tidak terlalu mengancam.

Dibandingkan saat puncak varian delta merebak dengan jumlah kematian harian tertinggi di angka 2.069 jiwa pada 27 Juli 2021, saat ini jumlah kematian jauh di bawah angka itu.

Sebagai gambaran, jumlah kematian tertinggi saat kasus omicron setara dengan puncak kasus delta ada di angka 145 jiwa pada 14 Februari 2022.

Ini data yang kemudian dijadikan pijakan sejumlah kebijakan pemerintah.

Dengan dingin berpijak pada data, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan inti kebijakan pemerintah terang-terangan.

Baca Selanjutnya

Dengarkan percakapan Wisnu Nugroho dengan tokoh-tokoh yang menggulati hidup dengan gigih dan pengalaman berkesadaran yang menggugah hati

Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda.

Download Apps

Ada temanmu yang ingin berlangganan email ini?

Daftar di sini

Ikuti kami melalui media sosial

Arsip Web

Surat dari Editor 2 Februari 2022

Surat dari Editor 26 Januari 2022

Surat dari Editor 19 Januari 2022

Surat dari Editor 11 Januari 2022

Surat dari Editor 4 Januari 2022

Copyright © PT. Kompas Cyber Media.

All rights reserved.


Gedung Kompas Gramedia, Unit II Lt. 5

Jl. Palmerah Selatan No. 22-28

Jakarta 10270

Indonesia

Anda dapat berhenti berlangganan email ini.