Surat dari Editor Kompas.com

Mengapa Saya Menolak Diwujudkannya Gagasan Presiden Tiga Periode
Foto
Youtube
Twitter
Instagram

Dear ayo,

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena baiknya kondisi kesehatan.

Bersamaan dengan sejumlah pelonggaran karena turunnya status kegentingan yang disebabkan pandemi, kita bisa beraktivitas lebih luas hari-hari ini.

Keluasan kemungkinan aktivitas itu memunculkan banyak ide, banyak gagasan.

Masa-masa yang mulai longgar ini jadi kesempatan untuk menguji banyaknya ide dan gagasan itu.

Mumpung longgar, ide dan gagasan, juga ide dan gagasan nget-ngetan (tidak baru-baru amat karena pernah dan berkali-kali dilontarkan) digelontorkan.

Salah satu ide dan gagasan itu adalah perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.

Bukan ide dan gagasan baru sebenarnya. Ide ini jadi pergunjingan saat kemenangan periode kedua ada di genggaman dan mulai terbuka dilontarkan, Desember 2019.

Karena sejak dimunculkan mendapat penolakan, ide dan gagasan ini dicarikan celahnya agar mendapat penerimaan. Setidaknya dipercakapkan.

Masa-masa longgar kali ini jadi kesempatan bagi pemilik ide dan gagasan nget-ngetan untuk tampil ke permukaan.

Untuk ide dan gagasan nget-ngetan ini, pelontar ide dan gagasan tanpaknya sedang tersenyum dan mulai bertepuk tangan.

Penolakan untuk ide dan gagasan yang semula sangat keras mulai bisa dilunakkan.

Presiden yang diiming-imingi tiga periode jabatan berubah responsnya dari waktu ke waktu dan itu terungkap dalam perkataan.

Presiden Joko Widodo memberikan pernyataan tentang perkembangan kasus COVID-19 khususnya varian Omicron di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/1/2022). ANTARA FOTO/Biro Pers dan Media Setpres/Handout/wsj. (ANTARA FOTO/Biro Pers)

Kita tengok respons Presiden Joko Widodo pada 2 Desember 2019, saat ide dan gagasan ini pertama dikemukakan.

Saat itu, Jokowi berujar, "Yang ngomong presiden itu tiga periode artinya (ada) tiga (kemungkinan). Satu, ingin mengampar muka saya. Kedua, ingin cari muka, padahal saya sudah punya muka. Ketiga, ingin menjerumuskan. Itu saja."

Harapan mereka yang mabuk kemenangan untuk ide dan gagasan perpanjangan masa jabatan pupus karena respons yang demikian lantang.

Tahun 2020, saat pandemi datang dan kita tidak tahu bagaimana menghadapi situasi, ide dan gagasan ini tidak terdengar.

Setahun penuh, tenaga dan pikiran kita curahkan untuk mengatasi pandemi. Politik tidur nyenyak karena sadar tidak banyak bergunanya kekuasaan.

Maret 2021, saat vaksin mulai diberikan dan sitausi sedikit lebih terkendali, ide dan gagasan presiden tiga periode kembali dikemukan.

Dalam suasana sedikit longgar karena pandemi lebih bisa ditangani, pada 15 Maret 2021, Presiden Jokowi membuat pernyataaan.

"Bolak-balik sikap saya enggak berubah. Saya tegaskan, saya tidak ada niat. Tidak juga berminat menjadi presiden tiga periode. Konsitutusi mengamanatkan dua periode. Itu yang harus kita jaga bersama-sama," ujar Jokowi.

Baca Selanjutnya

Dengarkan percakapan Wisnu Nugroho dengan tokoh-tokoh yang menggulati hidup dengan gigih dan pengalaman berkesadaran yang menggugah hati

Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda.

Download Apps

Ada temanmu yang ingin berlangganan email ini?

Daftar di sini

Ikuti kami melalui media sosial

Arsip Web

Surat dari Editor 23 Februari 2022

Surat dari Editor 16 Februari 2022

Surat dari Editor 2 Februari 2022

Surat dari Editor 26 Januari 2022

Surat dari Editor 19 Januari 2022

Copyright © PT. Kompas Cyber Media.

All rights reserved.


Gedung Kompas Gramedia, Unit II Lt. 5

Jl. Palmerah Selatan No. 22-28

Jakarta 10270

Indonesia

Anda dapat berhenti berlangganan email ini.