KOMPAS.com - Hai, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik karena karunia kesehatan, hal yang paling kita upayakan kondisinya dan syukuri ketika mendapatinya.
Situasi tidak pasti dan makin tidak pasti karena pandemi yang masuk tahun kedua di Indonesia membuat kita lebih peka terhadap kondisi kesehatan. Kabar baik tentunya.
Kepekaan kita terhadap kondisi kesehatan semoga juga merambat pada kepekaan-kepekaan pada hal-hal baik lainnya.
Minggu lalu, kita belajar tentang kepekaan dari dua kasus yang meyangkut nama-nama besar. Kasusnya mungkin tidak besar alias biasa saja. Namun, karena menyangkut nama-nama besar, kasusnya menjadi besar dan menarik perhatian publik.
Dari dua kasus yang menyangkut nama-nama besar itu, dua kota kata muncul yaitu kudeta atau coup d'etat dan ghosting. Kosa kata ghosting baru buat saya dan ketika memahaminya, saya menggut-manggut karena istilah barunya. Ghosting ini menjadi kata kunci yang paling banyak dicari di Google pada tahun 2020 lalu.
Anak sulung saya yang tahu soal ghosting, mendapat kosa kata baru yaitu kudeta setelah bertanya kepada saya.
Minggu yang menyenangkan karena saya dan anak saya yang beranjak remaja bisa berbagi pengetahuan tentang kosa kata baru ini.
Saya mendapat dan memberi. Begitu juga anak saya. Dia mendapat dan memberi. Kami pertukarkan pengetahuan soal ghosting dan kudeta.
Buat kamu yang tidak paham untuk kasus apa dua kata yaitu ghosting dan kudeta itu menyeruak, saya akan memberi penjelasan ringkasnya. Ghosting menjadi trending topic di Twitter pada Minggu (7/3/2021) pukul 16.30 saat ada lebih dari 33.000 twit terkait kata itu.
Saat mendapati kata ghosting pertama-tama, saya bingung mencari tahu artinya. Tanya sana-sini kemudian saya menemukan berita tentang penjelasan ghosting di Kompas.com.
Dari berita itu, saya jadi tahu kenapa kata itu menjadi trending di Twitter dan dipercakapkan di media sosial lainnya karena menyangkut putra bungsu Presiden Joko Widodo yaitu Kaesang Pangarep (26).
Kaesang dianggap menghilang atau ghosting karena tiba-tiba menghilang dari jangkauan meskipun bayang-bayangnya lekat menghantui dan menimbulkan sakit hati.
Publik mengetahui kasus ini saat Meilia menumpahkan perasaannya di media sosial dan menjawil akun media sosial Presiden Jokowi. Meilia adalah ibu dari Felicia Tissue. Felicia adalah kekasih Kaesang sejak sekolah di Singapura.
Kaesang yang dicari-cari Meilia dan sebelumnya pasti oleh Felicia juga tidak tertemukan saat kasus ini memuncak. Meilia, Felicia dan media kehilangan kontak.
Sehari setelah seluruh Indonesia mencarinya, Kaesang muncul dan memberi klarifikasi mengenai aksi menghilangnya.
Menurutnya, hubungannya dengan Felicia adalah masalah pribadi sehingga tidak perlu diumbar. Kaesang mengaku sudah ingin mengakhiri hubungan pacaran dengan Felicia sejak pertengahan Januari 2021.
Untuk niat mengakhiri hubungan yang disampaikan itu, Kaesang mengaku mendapat makian. Kaesang lantas diam saja dan kemudian ting... menghilang.
Presiden Jokowi yang dijawil untuk terlibat dalam masalah percintaan anaknya di media sosial tidak muncul, tidak merespons juga.
Meskipun ini masalah pribadi, publik pasti bersyukur juga mendapati kasus ini. Setidaknya orang-orang seperti saya lantaran mendapatkan kosa kata baru langsung dengan contohnya. Hihihii... Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang dinilai ilegal di Jakarta, Jumat (5/3/2021). AHY mengecam KLB yang berlangsung di Deli Serdang, Sumatera Utara itu karena inkonstitusional serta meminta Kementerian Hukum dan Ham (Kemenkumham) untuk tidak mengesahkan hasil KLB yang telah memutuskan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.(ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA)
Kosa kata kedua kudeta. Meskipun mendapatkan contoh nyatanya di Myanmar, publik lebih mengaitkannya dengan kata "kudeta" yang keluar dari Agus Harimurti Yudhoyono (42).
Oya, Agus adalah anak sulung Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Keduanya adalah Ketua Umum Partai Demokrat dan Ketua Majelis Tinggi.
Isu "kudeta" di partai yang mengantarkan SBY menjadi Presiden di Pemilu 2004 dan 2009 menyeruak di internal partai itu sejak pertengahan Januari 2021.
Pengurus partai yang umumnya baru resah menghadapi gangguan dari dalam itu lantas melemparnya keluar saat Agus menjawil Presiden Jokowi lantaran ada nama Kepala Staf Presiden Moeldoko di isu itu.
Puncak dari masalah internal partai ini terjadi di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021) saat Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat yang diklaim pendukungnya sebagai hal yang legal memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Menghadapi KLB yang dinilai ilegal ini, Agus yang merasa dikudeta melawan. Tidak sendirian, Agus didukung para pengurus pilihannya dan ayahnya, Ketua Umum Partai Demokrat sebelum dirinya.
Keduanya bergantian melawan sepak terjang KLB yang dimotori para pendiri, mereka yang mengaku bekerja keras untuk Partai Demokrat dan orang-orang lama.
Akan lebih epik perlawanan AHY dan SBY jika Edhie Baskoro Yudhoyono ikut serta. Sayangnya, Ibas yang adalah Wakil Ketua Umum Partai Demokrat tidak biasa tampil di media.
Sejak terjun ke politik dan pernah menjadi juara nasional karena perolehan suaranya, Ibas memang terkenal irit sekali tampil di media.
Dalam keiritannya tampil di media, Ibas mengaku setia kepada Ketua Umum Partai Demokrat yang adalah kakaknya dan kepada Ketua Majelis Tinggi yang adalah ayahnya.
Kita berharap, dua masalah internal yang sama-sama menjawil Presiden ini lekas selesai agar media lebih mencurahkan perhatian pada isu-isu lainnya.
Ngomong-ngomong soal tampil di media dan bagaimana menyikapinya, ada pengalaman menarik yang menjadi legenda. Karikatur karya Jitet Koestana berjudul Di Negeri Dagelan (2013).(Jitet Koestana) Pada suatu masa, ada Presiden yang gemar sekali berpidato dan berbicara dengan gaya khasanya di podium yang khusus disiapkan dan dikhususkan untuknya.
Sebagai wartawan, kejenuhan kerap datang saat mendengar pidato Presiden yang panjang, berulang-ulang dan tampak tidak kelar-kelar.
Menghadapi kejenuhan itu, ada seorang wartawan dengan kamera panjang yang punya tips jitu menghentikan Presiden yang bicara panjang-panjang, berulang-ulang dan tidak kelar-kelar.
Saat kejenuhan itu datang, wartawan itu menurunkan kamera panjang, menggulung kabel dan membereskan tripod dengan bunyi yang sengaja dikeraskan agar dilihat orang yang ada di hadapan.
Tak lama setelah itu, pidato panjang, berulang-ulang dan tidak kelar-kelar dihentikan. Tidak ada sorot kamera saat pidato adalah kesia-siaan.
Tips jitu itu kemudian dibagikan dan menyebar. Hentikan sorot kamera dan hal yang tidak kelar-kelar akan berhenti perlahan-lahan.
Tips ini kemudian berlaku untuk semua jenis liputan. Saya berkali-kali sudah membuktikan.
Salam hentikan, |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.