HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik ya. Banyak hal yang kita rindukan nyaris dua tahun terakhir, kini kita dapati.
Ada perasaan gembira. Lega. Penuh syukur karena harapan menjadi nyata. Namun, ada perasaan lain yang membuat perasaan jadi campur aduk juga.
Menghadapi macet di jalan-jalan karena mulai normalnya aktivitas warga misalnya. Tidak hanya di kota-kota besar seperti Jakarta, kemacetan juga kita jumpai kota atau bahkan desa yang tumbuh ekonominya karena pariwisata.
Hal yang kita rindukan selama nyaris dua tahun karena pandemi mewujud. Pada saat bersamaan kita seperti tidak ingin kerinduan itu hadir juga. Campur aduk rasanya. Ilustrasi : Penumpang duduk di kereta MRT tujuan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Rabu (27/5/2020).(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG) Karena masih dalam suasana syukur atas mewujudnya harapan, level penerimaan atau toleransi kita atas macet di jalan-jalan masih tinggi.
Nyaris dua tahun kita tidak mendapati macet seperti ini. Ya, sudahlah, mari dinikmati. Bukankah ini jawaban atas doa dan harapan kita selama ini?
Tidak hanya hari kerja, Sabtu-Minggu kemacetan juga kita jumpai. Sabtu (6/11/2021) lalu misalnya. Perjalanan ke Kemang, Jakarta Selatan dari Tangerang tersendat di banyak titik.
Perjalanan ketika pandemi bisa ditempuh 30 menit, kini butuh waktu 2 jam. Kawasan Kemang menggeliat dan beraktivitas penuh layaknya sebelum pandemi.
Juga perjalanan dari Tangerang ke kawasan Pasar Baru, Jakarta. Kemacetannya justru seperti bertambah dibandingkan saat sebelum pandemi.
Karena situasi masih pandemi, transportasi publik belum jadi pilihan untuk bepergian dari satu titik ke titik lainnya. Sembilan komika HahahaCorp tampil untuk pertama kali di panggung dengan penonton di Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu (6/111/2021). Keluarga menjadi materi utama dengan energi meletup-letup selama sekitar empat jam.(Kompas.com/Wisnu Nugroho)
Ini mungkin salah satu sebabnya, selain kegembiraan menyambut pelonggaran di hampir semua aktivitas memang sedang meluap-luap.
Kegembiraan meluap-luap juga yang mengantar saya ke kawasan Pasar Baru, tepatnya Gedung Kesenian Jakarta.
Di Gedung Kesenian Jakarta yang dibangun tahun 1821, saya diundang Soleh Solihun untuk menyaksikan pentas pertamanya sebagai komika sejak pandemi bersama sembilan komika di Hahaha Corp.
Panggung bertajuk Jakarta Zona Meriah yang didukung Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta ini menjadi tanda. Tanda beralihnya Jakarta yang merah karena pandemi menjadi Jakarta yang meriah karena kita bisa bersama-sama mengendalikan pandemi.
Tampil selama nyaris empat jam tanpa jeda adalah Ardit Erwanda, Bene Dion, Muhadkly Acho, Aci Resti, Ge Pamungkas, Kristo Imanuel, Arie Kriting, Ernest Prakasa, dan Soleh Solihun.
Dengarkan percakapan Wisnu Nugroho dengan tokoh-tokoh yang menggulati hidup dengan gigih dan pengalaman berkesadaran yang menggugah hati
Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.