Hai, apa kabarmu di bulan baru? Oktober sudah kita lalui bersama nyaris sepekan.
Selain hujan yang makin kerap turun seperti di tempat saya tinggal di pinggiran Jakarta, Oktober juga mengingatkan kita bahwa tahun baru 2021 sudah menjelang.
Kesadaran tahun baru itu muncul di setiap Oktober karena perencanaan setahun ke depan rutin dilakukan. Para manajer, biasanya disibukkan dengan business plan minggu-minggu ini.
Ada sejumlah teman bertanya, apakah tidak sia-sia membuat perencanaan setahun ke depan di tengah situasi yang tidak pasti karena pandemi?
Sulit menjawabnya karena profesi futurolog sudah lama punah karena selalu salah. Tidak ada orang atau profesi yang bisa secara tepat menebak masa depan.
Namun, meskipun tampak akan sia-sia karena ketidakpastian dan adanya peluang besar perubahan, membuat perencanaan tetap diperlukan. Ilustrasi(Shutterstock)
Saya mengibaratkan seperti kapal di lautan dengan gelombang dan angin yang tidak pasti. Ketika kapal itu punya tujuan, gelombang dan angin yang menghantam bisa diajak bekerja sama untuk mewujudkan tujuan.
Sebaliknya, jika kapal tidak punya tujuan, setiap ada gelombang dan angin yang menggerakkan yang tidak menentu arahnya, akan dianggap sebagai tujuan. Membahayakan bukan?
Kapal yang sama
Ngomong-ngomong soal kapal, minggu lalu saya punya kesempatan sekitar satu jam bercakap-cakap one on one dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim saat meninjau persiapan SMAN 4 Kota Sukabumi untuk pembelajaran tatap muka di Sekolah, Rabu (08/07/2020).(Dok. Disdik Jabar)
Nadiem adalah satu-satunya menteri yang dipanggil Mas di kabinet Presiden Joko Widodo. Panggilan Mas disematkan karena usianya yang relatif muda. Lahir 4 Juli 1984 di Singapura, Nadiem saat ini berusia 36 tahun.
Soal kapal disebut Mas Menteri ketika saya tanya apa yang bisa dipetik dari situasi krisis dan sulit karena pandemi?
Setelah menarik napas, Nadiem mengatakan, kita semua berada di kapal yang sama. Kesulitan bukan kita saja yang punya tetapi semua orang termasuk dirinya sebagai menteri, para CEO, pembantu rumah tangga, dan karyawan di bidang hospitality.
Krisis ini krisis bersama. Kesulitan ini kesulitan bersama. Adaptasi yang dituntut karena kesulitan dan situasi krisis adalah adapatasi bersama-sama.
Berikutnya, Nadiem mengatakan, dirinya tidak belajar banyak dari kesuksesan dan prestasi. Pembelajaran didapat justru ketika menghadapi kesulitan, tantangan, dan kegagalan.
Menurutnya, peristiwa-peristiwa negatif yang dialami banyak anak muda merupakan sarana pembelajaran untuk memperkuat otot-otot kebatinan, ketangguhan mental, dan fisik untuk menghadapi masa depan. Seorang Pelajar Belajar di Gunung Temulawak, Desa Petir, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul(Dokumentasi Kepala Dukuh Petir B)
Sebagai menteri paling muda di kabinet, Nadiem mengatakan kepada anak-anak muda agar bersyukur mengalami situasi ini di masa muda. Kemampuan anak-anak muda melalui masa sulit ini akan membuat anak-anak muda tidak takut dengan tantangan apapun.
Menurut dia, situasi sulit dan krisis yang kita respons hari ini memberikan rasa percaya diri untuk berani ambil risiko lantaran sudah mengalami yang terburuk.
Kata Nadiem, kita akan keluar dari situasi sulit dan krisis ini dengan lebih kuat lagi.
Menenangkan dan memberikan semangat. Atas petikan pembelajaran yang menenangkan dan memberi semangat ini, kita tetap bisa mengeluh dan membuat daftar kesulitan berderet-deret untuk disampaikan. Sah dan tentu saja beralasan.
Melihat harapan
Namun, kiranya bukan itu yang jadi pilihan. Tidak mudah memang. Tetapi hidup harus tetap jalan.
Kesulitan dan krisis hari ini harus direspons dengan upaya yang dilandasi sikap lantaran melihat harapan. Seperti dijalani jatuh bangun oleh Sutana, Ruhandi dan Yohana.
Apakah dengan melihat harapan, kesulitan lantas terselesaikan? Tidak selalu dan tidak serta merta.
Namun, energi positif yang melandasinya tidak membuat kita menggerutu sepanjang waktu menyalahkan keadaan.
Kita bisa hidup hari ini dengan bekal harapan meskipun melalui kegagalan di belakang dan ketidakpastian di depan.
Untuk pijakan hidup hari ini, apa realita seminggu teakhir yang perlu kita ketahui di antara banyaknya peristiwa yang datang dan pergi? Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memimpin rakor terkait pengembangan alat PCR dan rapid test secara daring, di Jakarta, Jumat (2/10/2020).(Dokumentasi Humas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi)
Minggu lalu, tugas yang diberikan Presiden Jokowi kepada dua jenderal yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo dievaluasi.
Tidak mudah mengatasi kompleksnya masalah karena pandemi dalam waktu dua pekan. Sejumlah langkah perubahan dilakukan.
Namun, hasil baik tidak serta-merta langsung didapatkan. Itu sababnya, hasil evaluasi belum memuaskan lantaran kasus aktif dan tingkat kematian bertambah.
Meskipun kasus aktif di 10 provinsi prioritas bertambah, kontribusinya terhadap kasus aktif secara nasional menurun.
Pada 13 September saat tugas diberikan kepada Luhut dan Doni, persentase kasus aktif di 10 provinsi ini menyumbang 71,8 persen dari kasus aktif nasional.
Kemudian pada 20 September kontribusinya menurun menjadi 70,4 persen. Selanjutnya, pada 27 september mencapai 67,6 persen.
Kamu bisa update setiap saat untuk perkembangan kasus penganganan Covid-19 di tanah air lewat tautan ini.
O iya, minggu lalu, dunia heboh dengan status positif Covid-19 untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Melania Trump istrinya.
Reaksi dunia beragam dan terpecah mendapati kabar ini seperti merepresentasikan kehadiran Trump selama ini. Foto yang dirilis Gedung Putih menunjukkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump bekerja di ruang konferensi Rumah Sakit Militer Walter Reed di Bethesda, Maryland, Sabtu (3/10/2020), setelah dinyatakan positif Covid-19.(THE WHITE HOUSE/JOYCE N BOGHOSIAN via AP)
Buat kita, kabar positif Covid-19 ini memberi kesadaran bahwa virus ini bisa menginfeksi siapa saja. Bahaya itu nyata dan ada di depan mata.
Lalu bagaimana agar kita meminimalisir kemungkinan terpapar bahaya yang nyata ada di depan mata. Mungkin kita sudah bosan mendengarnya. Namun, disiplin menerapkan protokol kesehatan itu berguna.
Pekan lalu, kami di Kompas.com memiliki kisah istri yang hidup serumah dengan suaminya yang menjadi pasien positif Covid-19 selama sebulan dan tidak tertular.
Kesabaran, kesetiaan dan ketekunan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin menjadi kunci.
Saat ini suami sudah pulih dan dalam uji kedua kali telah dinyatakan negatif Covid-19 begitu juga istrinya. Isolasi mandiri di rumah untuk pasien dengan gejala ringan atau bahkan tanpa gejala dimungkinkan.
Karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali mengizinkan pasien Covid-19 tanpa gejala melakukan isolasi mandiri di rumah. Ada sejumlah syarat dan prosedur yang harus dipenuhi.
Tautan ini bisa dijadikan acuan sebelum memutuskan isolasi mandiri atau tidak jika anggota keluarga kamu ada yang terinfeksi. Dukungan kita akan membantu upaya anggota keluarga atau siapa pun yang dinyatakan postif agar sembuh.
Apa bentuk nyata dukungan itu?
Kesadaran bahwa siapa pun yang tengah menghadapi kesulitan, mereka tidak sendirian akan melegakan dan memberi kekuatan.
Kesadaran itu akan muncul jika dukungan itu secara nyata diwujudkan dalam kebersamaan.
Kita berada di kapal yang sama untuk melewati masa-masa sulit ini. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.