HAI, apa kabarmu? Semoga kabarmu tetap baik meskipun aktivitas kita masih dibatasi karena pandemi.
Sampai kapan waktunya pembatasan ini diterapkan? Tidak ada waktu yang bisa ditetapkan dan dijadikan patokan meskipun tiap pembatasan ada periodenya.
Kita belajar, sejak awal pandemi, semua prediksi meleset. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di semua belahan dunia.
Di awal pandemi di Indonesia, 2 Maret 2020, dalam situasi kalut dan takut, harapan ditiupkan. Vaksin yang ditemukan akan membawa perubahan dan dunia kembali normal. Faktanya tidak demikian.
Akhir tahun 2020, vaksin ditemukan. Negara yang punya akses mulai menyuntikkan. Pertama-tama untuk tenaga kesehatan.
Indonesia tidak ketinggalan. Memastikan vaksin aman, tidak hanya tenaga kesehatan mendapatkan suntikan. Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang mendapatkan suntikan.
Harapan membuncah, Rabu (13/1/2021) pagi, di halaman dalam Istana Kepresidenan Jakarta yang terletak di antara Istana Negara dan Istana Merdeka.
Setelah tenaga kesehatan dan mereka yang diprioritaskan mendapatkan vaksin, jumlah kasus positif Covid-19 melandai di angka sekitar 5.000. Sedikit melegakan.
Namun, cerita berbeda saat Lebaran tiba pertengahan Mei 2021 disusul rangkaian liburan Juni-Juli dan merebaknya varian Delta di Indonesia setelah sebulan sebelumnya mengamuk di India.
Angka sekitar 5.000 kasus terkonfirmasi positif harian tidak pernah terulang lagi. Jumlah kasus menghebat.
Angka pernah mencapai lebih dari 10 kali lipat yaitu 56.757 pada 15 Juli 2021. Puncak pandemi di Indonesia sejauh ini.
Puncak penularan ini disusul puncak kematian sekitar dua minggu kemudian. Angka kematian mencapai 2.069 jiwa pada 27 Juli 2021.
Setelah puncak-puncak itu, kita melihat ada tren penurunan meskipun angkanya masih mengkhawatirkan.
Karenanya, PPKM kembali diperpanjang sampai 16 Agustus 2021. Apakah setelahnya akan dicabut atau diperpanjang, kerja semua pihak termasuk disiplin kita dengan protokol kesehatan akan menentukan.
Masih tingginya kasus penularan yang berkontribusi pada tingginya angka kematian jadi pertimbangan perpanjangan.
Senin (9/8/2021), mereka yang terkonfirmasi positif 20.709 pasien dengan jumlah kematian 1.475 pasien.
Perpanjangan PPKM dengan level per wilayah ini adalah kebijakan yang ditempuh pemerintah setelah mendapati lonjakan kasus dan menerapkan PPKM Darurat, 3-20 Juli 2021.
Periode 21-25 Juli 2021, pemerintah menerapkan PPKM Level 4 yang diperpanjang pada periode 26 Juli-2 Agustus 2021.
Perpanjangan PPKM dilakukan untuk periode 3-9 Agustus 2021. Selama periode ini, ada 94 kabupaten/kota di Jawa-Bali yang menerapkan PPKM Level 4.
Sisanya menerapkan PPKM Level 2-3. Kemudian, di 25 kabupaten/kota di luar Jawa-Bali diterapkan kebijakan PPKM Level 4. Sisanya diterapkan PPKM Level 1-3.
Berpegang pada data peningkatan dan penurunan kasus yang bervariasi di daerah yang berbeda, PPKM Level 2-4 diperpanjang 10-16 Agustus 2021.
Meskipun periodenya pasti, ketidakpastian di atas kepastian periode itu tidak bisa didapatkan. Setiap akhir periode, umumnya malam hari, kita ada dalam ketidakpastian itu.
Antusiasme menunggu kepastian di akhir periode memang turun. Ini tentunya kabar baik, karena kita makin terbiasa dan mungkin mulai berdamai dengan ketidakpastian. Ilustrasi melatih kesadaran atau mindfulness.(SHUTTERSTOCK) Terbiasa dengan ketidakpastian dan berdamai dengannya adalah siasat untuk hidup lebih tenang. Ketenangan ini berpijak pada kesadaran bahwa banyak hal terjadi di luar kendali kita.
Mengakrabi ketidakpastian dan menjadikannya menyenangkan adalah pergulatan sepanjang hidup.
Ada atau tidak ada pendemi, setiap saat kita dihadapkan pada ketidakpastian. Pandemi menjadikan kita lebih sadar. Membuat ketidakpastian itu tampak dekat.
Oya, apa hal-hal yang kalian lakukan untuk membuat ketidakpastian yang makin tinggi karena keterbatasan dan pembatasan menjadi menyenangkan?
Banyak pilihan sesuai kesukaan dan karenanya menjadi menyenangkan. Beberapa teman menekuni pekerjaan baru di bidang digital.
Di samping pekerjaan yang berantakan, ada teman yang lebih disiplin berolahraga, membaca lagi buku-buku, bermain lebih kerap bersama anak-anak, menata rumah atau kamar, dan banyak menanam.
Hal-hal esensial untuk hidup dilakukan. Hal lain menyusul kemudian.
Kabar baik tentunya. Di antara banyaknya hal yang bisa kita keluhkan karena ketidakpastian, kita memilih mengakrabinya. Syukur-syukur bisa menyenangkan dan menghasilkan.
Terkait kabar baik ini, minggu lalu, datang kabar dari seorang teman dengan karya lukisan yang digenggam. Lukisannya viral dan jadi percakapan di media sosial. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berpose bersama lukisan karyanya.(Instagram @andi_a_mallarangeng) Menyenangkan mendapati kabar ini. Karena sanang, saya ikut nimbrung dalam percakapan dengan mengunggah ulang foto teman dan lukisan tersebut di media sosial.
Dari lukisan laut di Pacitan itu saya menjumpai keheningan, indahnya hubungan dua hati tanpa ungkapan verbal, perubahan dan penerimaan karena ketangguhan hidup berselaras dengan alam yang penuh ketidakpastian.
Tidak lama setelah unggahan di media sosial itu, saya dibuat terharu karena disapa secara pribadi.
Lewat pesannya, pelukis yang tidak lain adalah Susilo Bambang Yudhoyono atau biasa dipanggil SBY menyapa.
Kami berdua sama-sama terharu dan tentu dikuatkan karenanya pesan-pesan spiritual yang tersampaikan.
Mengingat almahrumah Ani Yudhoyono yang dipanggil yang Maha Kasih pada 1 Juni 2019, SBY menapaki hari-hari baru penuh perjuangan.
Melukis di Cikeas, rumah yang dibangun dan ditinggali bersama Ani Yudhoyono jadi terapi untuk SBY lebih kuat menjalani hari-hari dibandingkan dua tahun terakhir.
Kedalaman pesan dari lukisan yang digoreskan dengan hati oleh SBY sampai kepada hati-hati yang lain yang terbuka dan hening.
Kenyataan ini membuat saya makin yakin, apa yang disampaikan dengan hati, akan menyentuh hati-hati lain.
Saya tertegun, menarik nafas panjang, dan menutup mata perlahan untuk mencegah air mata yang mendadak penuh tumpah. Sambil menarik nafas, saya tengadahkan wajah ke atas.
Soal lukisan sebagai terapi, saya juga mendapati pada seorang teman lain. Namanya Jason Ranti. Musisi Jason Ranti saat ditemui di studio lukisnya di Jakarta, Jakarta Selatan, Jumat (19/2/2021). Melukis salah satu hobi yang dilakukan Jason Ranti selain bermain musik.(KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO)
Jason Ranti atau biasa dipanggil Jeje adalah musisi indie atau apalah namanya untuk jenis musik dan publik yang susah mendapatkan definisi.
Karena pandemi, kebiasaannya berjalan berkeliling bertemu orang-orang sambil bernyanyi atau berpuisi atau kegiatan di antara keduanya yang kemudian dilabeli seni terhenti.
Studio yang sejatinya garasi jadi tempat pencarian dan penemuan diri. Ratusan lukisan dihasilkan. Kuat dengan pesan untuk lukisan yang muncul dari kedalaman dan gerak batin spontan.
Jalan SBY dan Jeje mungkin sama karena berlatar belakang sebagai musisi sebelum melukis dalam keheningan karena pandemi dan keadaan. Namun, lukisan yang dihasilkan keduanya sangat berbeda dalam penampakan.
Meskipun berbeda bahkan bertentangan dalam penampakan, tetap ada kesamaan. Hati-hati yang terbuka dalam keheningan tersentuh oleh pesan-pesan yang digoreskan lewat lukisan.
Kita menanti keduanya berpameran untuk meluaskan pesan. Saya makin yakin, dalam keheningan, hati yang satu dengan yang lain bisa saling dipertemukan.
Untuk pemahaman. Untuk penerimaan.
Salam hening,
Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.