HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik karena karunia kesehatan. Meskipun tren pengendalian Covid-19 di Indonesia makin baik, disiplin menerapkan protokol kesehatanmu semoga tidak kendor.
Seperti terlihat dari data harian yang dipublikasikan, terjadi penurunan jumlah kasus positif Covid-19 secara konsisten.
Senin (6/9/2021), kasus positif selama 24 jam yang terkonfirmasi ada di angka 4.413 kasus. Kita pernah mencapai puncak pada 15 Juli 2021 dengan jumlah kasus 56.757 kasus.
Keterisian tempat tidur atau BOR (bed accupancy rate) rumah sakit rujukan juga makin turun.
BOR secara nasional ada di angka 19 persen. BOR RS Darurat Wisma Atlet Jakarta di angka 9 persen.
Data penurunan yang menunjukkan perbaikan pengendalian Covid-19 ini mudah terkonfirmasi.
Di media sosial atau grup percakapan, kita tidak lagi dalam situasi terteror karena kabar duka seperti terjadi di sepanjang Juli 2021.
Mudah-mudahan kemampuan kita mengendalikan Covid-19 bisa berlanjut untuk jadi pijakan sejumlah kegiatan lain yang juga penting.
Setelah sekian lama tidak ke kantor, kemarin saya ke kantor. Dalam perjalanan dari Tangerang Selatan, saya dapati kepadatan kendaraan menuju kantor di Palmerah, Jakarta. Warga menggunakan aplikasi PeduliLindungi di kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta, Sabtu (28/8/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Kabar baik tentu saja. Masyarakat mulai kembali beraktivitas. Disiplin penerapan protokol kesehatan terlihat dari tertibnya penggunaan masker dan menjaga jarak.
Di kantor, saya melihat suasana tidak sepi seperti sebelumnya. Beberapa kursi yang sebelumnya kosong ada yang menduduki.
Kantor yang mulai hidup karena perjumpaan dengan beberapa teman kerja mengobati rindu suasana kerja yang selama ini hanya dilakukan dari rumah saja.
Semoga kamu merasakan kembali berangsur normalnya situasi karena kemampaun kita bersama mengendalikan Covid-19 secara terus menerus.
Ya, terus menerus. Covid-19 tidak akan hilang total. Disiplin penerapan protokol kesehatan secara terus menerus adalah respons untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.
Karena sudah berjalan nyaris dua tahun, semoga disiplin penerapan protokol kesehatan yang semula terpaksa kita dilakukan sudah menjadi kebiasaan baik yang ringan dijalankan.
Manusia adalah makhluk kebiasaan. Kita terbentuk dari kebiasaan yang terus menerus kita lakukan.
Karena itu, penting melihat kembali kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan baik akan membentuk kebaikan. Kebiasaan buruk akan membentuk keburukan.
Korupsi di Probolinggo
Soal kebiasaan buruk, minggu lalu, di pengujung Agustus 2021, kita dikejutkan dengan persitiwa yang mengungkapkan perjalanan kebiasaan buruk yang berlangsung sekian lama.
Kita dikejutkan dengan operasi tangkap tangan (OTT) Tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Probolinggo, Jawa Timur.
Buat kamu yang tidak familiar, Probolinggo berada di tengah-tengah antara Surabaya dan Banyuwangi. Jarak Probolinggo dari Surabaya sekitar 150 kilometer. Hal yang mengejutkan adalah, Bupati Probolonggi Puput Tantriana Sari ditangkap Tim KPK karena dugaan suap jual beli jabatan.
Puput yang pernah mencatatkan rekor sebagai bupati termuda karena terpilih di usia 30 tahun tahun 2013 adalah bupati dua periode.
Puput ditangkap Tim KPK bersama suaminya Hasan Aminuddin (56) yang adalah Wakil Ketua Komisi IV (Pertanian, Lingkungan Hidup, dan Kelautan) DPR dari Fraksi Partai Nasdem.
Hasan adalah bekas Bupati Probolinggo dua periode (2003-2013) sebelum digantikan Puput, isterinya. Sebelum jadi Bupati Probolinggo, Hasan menjadi anggota DPRD Probolinggo (1999-2003).
Di Partai Nasdem, Hasan adalah Ketua DPP Bidang Agama dan Masyarakat Adat. Hasan terjun ke politik pasca-Reformasi 1998.
Sebelum ditangkap Tim KPK, pasangan Hasan dan Puput menyiapkan Zulmi Noor Hasani untuk menggantikan Puput di Pilkada 2024.
Zulmi yang menjabat sebagai Direktur Hasan Foudation adalah anak Hasan dari isteri pertama. Setahun terakhir, foto Zulmi banyak terpampang di Probolinggo sebagai langkah persiapan melanjutkan dinasti politik ini.
Tim KPK turun ke Probolinggo karena mendapati laporan masyarakat pada Minggu (29/8/2021) terkait dugaan suap Camat Krejengan Doddy Kurniawan dan Kepala Desa Karangren Sumarto kepada Hasan.
Saat ditangkap, didapati proposal usulan nama-nama ASN Probolinggo yang membutuhkan paraf dari Hasan untuk posisi kepala desa di beberapa wilayah dan uang Rp 240 juta dari 12 orang.
Di tempat terpisah, Tim KPK menangkap Camat Paiton Muhamad Ridwan dengan barang bukti Rp 112,5 juta.
Sejumlah Camat terlibat karena diperintah Hasan. Camat menjadi pengusul nama ASN, koordinator kepala desa, dan perantara pemberi suap ke Puput melalui Hasan yang ditandai dengan pemberian paraf pada nota dinas. Bupati Probolinggo Provinsi Jawa Timur, Puput Tantriana Sari dan suaminya, Hasan Aminuddin. (Dokumen Tribun Timur)
Untuk mendapatkan paraf Hasan sebagai representasi Puput yang akan memuluskan jabatan, tiap-tiap kepala desa terpilih wajib menyetor Rp 20 juta dan upeti penyewaan tanah kas desa Rp 5 juta per hektar.
Puput, Hasan, Doddy, Sumarto, dan Ridwan saat ini ditahan di tempat terpisah di Jakarta dengan status tersangka usai OTT, Senin (30/8/2012).
Sementara 17 ASN pemberi suap ditahan di tempat terpisah di Jakarta setelah ditetapkan sebagai tersangka pada Sabtu (4/9/2021).
Pengusulan ASN menjadi penjabat kepala desa yang menjadi transaksi jual beli jabatan di Probolinggo ini berawal dari diundurnya Pilkada serentak pada 27 Desember 2021.
Karena mundurnya jadwal, ada 252 kepala desa dari 24 kecamatan yang selesai masa jabatannya pada 9 September 2021.
Untuk mengisi kekosongan ini, Camat mengusulkan nama penjabat kepala desa dari ASN. Pengusulan oleh Camat akan mulus jika mendapatkan paraf Hasan di nota dinas sebagai representasi Bupati Probolinggo.
Jual beli jabatan terjadi karena celah ini dan terungkap setelah OTT Tim KPK berdasarkan laporan masyarakat.
Keluarga Hasan, sudah 4 periode berkuasa di Probolinggo dan hendak melanjutkan periode berikutnya lewat anaknya, Zulmi Noor Hasani.
Banyak reaksi dan respons atas kejahatan yang terungkap ini. Sekitar 30 warga Probolinggo serentak mengunduli rambutnya sebagai ungkapan syukur dan berakhirnya kejahatan keluarga.
Anggaran dari pusat dan stunting di Probolinggo
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menjabat selama empat periode dan paham betul dengan apa yang terjadi di Probolinggo merespons di akun media sosialnya. Sebagai bendahara negara, Sri Muyani menjelaskan, jumlah transfer keuangan dari APBN ke Probolinggo sejak 2012-2021 mencapai Rp 15,2 Triliun.
Ada kenaikan dari Rp 959 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp 1,857 triliun pada tahun 2021.
Total Dana Desa sejak 2015-2021 mencapai Rp 2,15 Triliun untuk 325 Desa. Masing-masing desa rata-rata mendapat Rp 291 juta (2015) naik 3,5 kali menjadi Rp 1,32 milyar (2021).
Anak usia di bawah 2 tahun yang mengalami kurang gizi (stunting) naik dari 21,99 persen (2015) menjadi 34,04 persen (2019). Sektiar 3-4 anak dari 10 anak kurang gizi!
Pengangguran terbuka naik dari 2,89 persen (2015) menjadi 4,86 persen (2021). Kemiskinan turun 20,98 persen (2015) menjadi 18,61 persen (2020). Hampir satu dari 5 penduduk masih miskin!
Indek Pembangunan Manusia (IPM) di Probolinggo 64,12 persen (2015) cuma naik menjadi 66,07 persen (2020).
IPM adalah akses penduduk di suatu wilayah pada hasil pembangunan dan tercermin dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Menutup responsnya, Sri Mulyani menyebut, korupsi adalah musuh utama dan musuh bersama dalam mencapai tujuan mencapai kemakmuran yang berkeadilan.
Kenaikan anggaran negara yang dikucurkan ke Probolinggo berlipat-lipat selama empat periode tidak berdampak apa-apa.
Kemiskinan dan IPM tidak membaik secara signifikan. Pengangguran terbuka naik, kasus anak kurang gizi naik. Hak-hak anak-anak kita dirampas oleh korupsi.
Tergambar kegeraman Sri Mulyani dengan menulisakan korupsi sebagai MUSUH BERSAMA dan MUSUH UTAMA. Empat periode kita tidak beranjak darisana.
Munir Oya, bersamaan dengan masa empat periode dan kita merasa tidak bergerak ke mana-mana, kita kemudian teringat Munir Said Tahlib.
Munir, pejuang hak azasi manusia yang tewas diracun di pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 974 pada 7 September 2004.
Munir meninggal dalam perjalanan 12 jam dari Jakarta ke Bandara Schiphol, Belanda.
Tiga jam setelah pesawat Garuda Indonesia lepas landas dari Singapura, Munir mengeluh sakit dan bolak-balik ke toilet.
Munir dipindahkan ke sebelah penumpang yang berprofesi sebagai dokter. Dua jam sebelum mendarat, saat diperiksa, Munir telah meninggal.
Dua bulan setelah kematian, didapati bukti arsenik dalam tubuh Munir.
Munir meninggal karena diracun. Munir dibunuh karena membela hak-hak kita.
Munir masuk panggung nasional pasca Reformasi 1998. Munir seangkatan dengan Hasan.
Lahir di tahun 1965, keduanya tumbuh menjadi dewasa di Malang.
Salam malang,
Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.