HAI, apa kabarmu?
Semoga kabarmu baik bersamaan dengan membaiknya situasi yang kita hadapi karena pandemi.
Kita mendapati, sebulan terakhir, aktivitas kita berangsur-angsur normal. Sejumlah kegiatan yang semula dilarang mulai dimungkinkan dengan penerapan protokol kesehatan secara disiplin.
Situasi yang menggembirakan tentunya bersamaan dengan terkendalinya penularan Covid-19 karena terus turunnya kasus penularan dan meningkatnya jumlah vaksinasi.
Dibandingkan saat kasus penularan memuncak pada 15 Juli 2021 dengan 56.757 kasus dalam sehari, Senin (27/9/2021) didapati 1.390 kasus.
Tidak heran jika capaian menggembirakan ini membuat masyarakat mulai percaya diri untuk memulai aktivitas yang sebelumnya tidak dilakukan.
Yang terbaru dan membukakan harapan adalah pagelaran musik yang dimungkinkan secara langsung. Setelah terhenti total selama 1,5 tahun, Jazz Gunung Bromo 2021 membuka harapan itu. Kutipan Presiden Soekarno saat memberi nama Kompas sebelum terbit sebagai harian untuk umum tahun 1965. Peberian nama ini disampaikan Soekarno kepada Frans Seda. Kutipan ditulis tangan oleh seniman Sirin Farid Stevy.()
Sebelumnya kita mendapati pelonggaran untuk pemutaran film di bioskop dan aktivitas di pusat perbelanjaan. Berbarengan dengan itu, kegiatan sekolah tatap muka juga dimungkinkan.
Dengan membaiknya situasi dan disiplinnya kita menerapkan protokol kesehatan, semoga berangsur-angsur semua kegiatan dimungkinkan.
Dalam situasi yang terus membaik ini, Senin (27/9/2021), saya kembali bekerja dari kantor. Kerja dari kantor diawali dengan peresmian peletakan patung tembaga dua pendiri Kompas Gramedia di halaman depan Bentara Budaya Jakarta.
Peresmian patung setengah badan PK Ojong dan Jakob Oetama bersisian ini bertepatan dengan peringatan hari lahir Jakob Oetama yang meninggal 9 September 2020.
Patung Jakob Oetama karya perupa realis Azmir Azhari (68) dibuat sekitar tiga bulan terakhir. Sementara patung PK Ojong sudah ada sejak tahun 1987 atau tujuh tahun sejak meninggal dunia.
Peresmian patung dua perintis Kompas Gramedia ini dihadiri perwakilan karyawan, keluarga, dan sehabat-sehabat mereka secara daring. Di antara sahabat yang hadir secara daring adalah Jusuf Kalla dan Jusuf Wanandi.
Dalam pengantar peresmian peletakan dua patung perintis disebut kegemaran PK Ojong dan Jakob Oetama soal tanaman. Dua patung tembaga pendiri Kompas Gramedia PK Ojong dan Jakob Oetama berdiri bersisian halaman depan di Bentara Budaya Jakarta, Senin (27/9/2021). Patung tembaga ini karya perupa patung realis Azmir Ashari.()
Tanaman kegemaran itu seperti mencerminkan karakter keduanya yang berbeda dan saling melengkapi untuk kemajuan. PK Ojong penggemar tanaman bougenville sementara Jakob Oetama penggemar anggrek bulan.
Kedua tanaman itu ditanam di sekitar dua patung perintis ini. Bougenville senang dengan terik matahari langsung. Anggrek bulan senang dengan keteduhan.
Tidak heran jika di lingkungan Kompas Gramedia, dua tanaman ini banyak dijumpai di hampir semua sudut. Di teras, di parkiran, dan menempel di teduhnya tanaman-tanaman.
Selain soal pilihan tanaman yang berbeda, patung yang berdiri bersisian juga menunjukkan dua karakter berbeda perintis yang saling melengkapi.
PK Ojong menatap ke atas sementara Jakob Oetama menatap ke bawah. PK Ojong rambutnya klimis rapi sementara Jakob Oetama terurai gondrong.
Kesamaan keduanya adalah sama-sama memakai kacamata berbingkai tebal.
Menjumpai dua patung yang bersisian ini, saya lantas ingat kuliah-kuliah filsafat dan lukisan "The School of Athens" karya Raphael (1509-1511).
Dengarkan percakapan Wisnu Nugroho dengan tokoh-tokoh yang menggulati hidup dengan gigih dan pengalaman berkesadaran yang menggugah hati
Download aplikasi Kompas.com dengan klik banner di bawah ini untuk mendapatkan update berita terbaru di ponsel Anda. |
--
Click Here to unsubscribe from this newsletter.